Menurut Holni Amelia Metaso, mahasiswa Ilmu Sejarah Unhas yang melakukan riset ini mengatakan, riset ini bagian programnya dalam KKN Unhas di Desa Ledu-Ledu.
Ia menyebutkan, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku dan budaya, tercatat ada 1.340 suku yang tersebar di seluruh Indonesia. Suku To Karunsi’e sendiri termasuk suku yang telah mendiami timur Indonesia selama beribu tahun yang lalu, tepatnya berada di daerah Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
“To Karunsi’e percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Witamorini (sebelah utara Matano). Nenek moyang To Karunsi’e bernama Wesarinda yang bertemu dengan seorang Pangeran, lalu membuat rumahnya dari 7 batang jagung, 7 batang padi dan 7 batang gandum,” ujarnya dalam rilis.
Kata dia, menurut Martinus Tomana (69 tahun) selaku Ketua Adat suku Karunsi’e, to Karunsi’e sendiri berasal dari kata To yang artinya merujuk ke suatu kelompok masyarakat, sedangkan Karun (Tiang) dan Si’e(Lumbung), jadi Karunsi’e berarti tempat penyimpanan makanan.
Hingga saat ini, To Karunsie telah tersebar di berbagai daerah, seperti Luwu Timur, sebagian wilayah di Sulawesi Tengah dan juga di berbagai wilayah lainnya.
Ia menambahkan, dalam arsip “Profil Masyarakat Adat To Karunsi’e” dijelaskan bahwa To Karunsi’e dipercaya telah menempati wilayah Luwu bagian Timur sekitar abad ke 11 tepatnya di pegunungan sekitar danau Matano. Pada abad ke-19, Wasuponda yang dahulunya merupakan Danau, akhirnya mengering lalu di tempati oleh orang-orang Weula. Kemudian terjadilah perang antara To Karunsi’e dan Weula dalam memperebutkan wilayah kekuasaan. Peperangan tersebut dimenangkan oleh To Karunsi’e yang membuat mereka berhak menguasai wilayah kekuasaan dari orang-orang Weula.